KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat allah swt
karena berkat rahmat dan hidayah-nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Adapun judul makalah ini adalah "TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK”
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Media Pembelajaran.
Meskipun penyusun telah berusaha untuk menyelesaikan makalah
ini semaksimal mungkin, kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat minim dan
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.Kami berharap semoga makalah
ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua,amin.
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Teori belajar Behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang
belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan
menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan
semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Menurut
teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman (Gage, Berliner, 1984) Belajar merupakan akibat adanya interaksi
antara stimulus dan respon (Slavin, 2000). Seseorang dianggap telah belajar
sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini
dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang
berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada siswa,
sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru tersebut.
Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati
dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh
karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh
siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan
pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi
atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
B. Rumusan
Masalah
Mengkaji
latar belakang diatas dapat diambil beberapa permasalahan sebagai kajian dari
pembuatan makalah ini yakni diantaranya :
1. Pengertian
Aliran Behavioristik
2. Apa
implikasi dari teori behavioristik
3. Apa
tujuan pembelajaran teori behavioristik
C. Tujuan
Penulisan
Tujuan
penulisan atau pembahasan makalah ini adalah, agar membuat kita semua
mengetahui bagaimana pengertian dari Behavioristik juga membuat kita semua
paham apa implikasi dan tujuan dari pembelajaran salah satu ilmu psikologi
pendidikan yaitu behavioristik. Sehingga kita semua dapat memahami juga dapat
menerapkan ilmu pesikolok ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori
Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang
dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil
dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar
yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan
pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik.Aliran ini menekankan
pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.[1]
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang
memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek –
aspek mental. Dengan kata lain, behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan,
bakat, minat dan perasaan individu dalam suatu belajar. Peristiwa belajar
semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan
yang dikuasai individu. Dalam konsep
Behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di ubah
dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Teori behaviorisme sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat di amati. Teori-teori dalam rumpun ini sangat bersifat
molekular, karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur-unsur seperti
halnya molekul-moleku. Ada beberapa ciri dari rumpun teori ini, yaitu :
1. Mengutamakan
unsur-unsur atau bagian-bagian terkecil
2.
Bersifatmekanistik
3.
Menekankan peranan lingkungan
4.
Mementingkan pembentukan reaksi atau
respon
5. Menekankan
pentingnya latihan.
Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah
perubahan perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara
konkret.Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan
hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.
Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun
eksternal yang menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau
dampak, berupa reaksi fisik terhadap stimulans.Belajar berarti penguatan
ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R (stimulus-Respon).[2]
B. Tokoh-Tokoh
Teori Belajar Behaviorisme
1. Ivan
Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan
Rusia.Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat
dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk
mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak
menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing.
Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi
bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah
bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses
penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel
masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo
ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami
dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang
diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari
luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam
belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori
ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan
pribadi dihiraukan.[3]
2. Thorndike
(1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya
asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike
menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam
penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam
hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang
dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang
apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar
disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error.
Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya
aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai
terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai
tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum
belajar :
a. Hukum
Kesiapan (Law of Readiness)
Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk
memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan
individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
b. Hukum
Latihan
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan
S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi
tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan
repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
c. Hukum
akibat ( Efek )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat
menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan
tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil
menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.
Jadi hokum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi
perbuatan serupa.
3. Skinner
(1904-1990)
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor
penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal,
mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau
nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan
operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan
perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang
kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli.Bila tidak
menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan
tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa
dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
·
Prinsip belajar Skinners adalah :
1. Hasil
belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar
diberi penguat.
2. Proses
belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan
sebagai sistem modul.
3. Dalam
proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan
hukuman. Untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4. Tingkah
laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan
dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5. Dalam
pembelajaran digunakan shapping. Skinnerlah merupakan teori yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori behavioristik.Faktor lain yang dianggap
penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila
penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat.
Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka
responpun akan semakin kuat.[4]
·
Beberapa prinsip dalam teori belajar
behavioristik, meliputi:
1. Reinforcement
and Punishment
2. Primary
and Secondary Reinforcement
3. Schedules
of Reinforcement
4. Contingency
Management
5. Stimulus
Control in Operant Learning
6. The
Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
C. Prinsip-prinsip
teori behaviorisme
1. Obyek
psikologi adalah tingkah laku
2. Semua
bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek
3. Mementingkan
pembentukan kebiasaan
D. Ciri-ciri
Teori Belajar Behavioristik
Untuk mempermudah mengenal teori belajar behavioristik dapat
dipergunakan ciri-cirinya yakni
1. Mementingkan
pengaruh lingkungan (environmentalistis)
2. Mementingkan
bagian-bagian (elentaristis)
3. Mementingkan
peranan reaksi (respon)
4. Mementingkan
mekanisme terbentuknya hasil belajar
5. Mementingkan
hubungan sebab akibat pada waktu yang lalu
6. Mementingkan
pembentukan kebiasaan.
7. Ciri
khusus dalam pemecahan masalah dengan “mencoba dan gagal’ atau trial and error.
E. Aplikasi
dalam Pembelajaran Behaviorisme
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran
tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi
pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik
memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak
berubah.Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah
perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan
(transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau
pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui
proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang
dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman
yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap
sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari
pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang
terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses
pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses
evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat
diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam
proses evaluasi.
F. Implikasi
dalam Pembelajaran Behaviorisme
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran
dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk
berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena
sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan
stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau
robot.Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi
yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah
terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus
dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara
ketat.Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga
pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin.Kegagalan atau
ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan
yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan
sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah.Demikian juga, ketaatan pada
aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar.Pebelajar atau peserta
didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol
belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
G. Tujuan
Pembelajaran Behaviorisme
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan
pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang
menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari
dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran
menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti
urutan dari bagian ke keseluruhan.Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum
secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku
teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi
buku teks/buku wajib tersebut.Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil
belajar.
Evaluasi
menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya
menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang
benar.Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan
guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas
belajarnya.Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan
pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan
pembelajaran.Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara
individual.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan
respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan
perubahan perilakunya. Menurut teori behviorisme dalam belajar yang penting
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus
adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa
reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru
tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk
diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat
diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh
guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat
diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran
merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan
tingkah laku tersebut.
B. Saran
Kami menyadri bawasannya penyusun dari makalah ini hanyalah
manusia yang tidak luput dari kesalahan dan kekurangan, sedangkan kesempurnaan
hanya milik Allah Swt hingga dalam penulisan dan penyusunannya masih jauh dari
kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif akan
senantiasa penyusun nanti dalam upaya evaluasi diri.
DAFTAR PUSTAKA
http://kajianpsikologi.blogspot.com/p/teori-belajar-behavioristik.html
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 2009 . (PT: Raja Grafindo
Pustaka:Jakarta)
htm
http://copast-master.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran
[1] http://kajianpsikologi.blogspot.com/p/teori-belajar-behavioristik.html
[2].
http://sura-tarigan.blogspot.com/2012/02/makalah-teori-belajar-behavioristik.html
[3] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, 2009 . (PT: Raja Grafindo
Pustaka:Jakarta).
[4] Ibid
[5] .htm
http://copast-master.blogspot.com/2012/10/makalah-teori-belajar-aliran l
Tidak ada komentar:
Posting Komentar